Pages

SID vs Dunia!


Well, sebuah berita gembira baru saja menghampiri Indonesia. Pengakuan tak terbantahkan datang dari Billboard, sebuah media musik maha kredibel dari Amerika Serikat, negara yang -suka atau tidak- masih relevan disebut sebagai 'penentu arah' dunia hiburan global.

SID masuk dalam daftar 50 Artis Billboard Uncharted. Menurut data yang didapat Billboard melalui program research dan seleksi nya, SID terbukti memiliki fanbase dengan tingkat interaksi, intensitas dan loyalitas tinggi.

Perlu dicatat bahwa di Billboard Uncharted, SID bersaing dengan band/musisi dari seluruh dunia. Inilah persaingan global yang sebenarnya.

Masuknya SID ke dalam daftar ini otomatis menjadi sebuah pengakuan solid bahwa Indonesia memiliki potensi seni modern. Bahwa Indonesia layak diperhitungkan. Pengakuan bahwa Indonesia bisa.

Dan kami, SID, sangat bangga bisa menjadi alasan kenapa pengakuan itu hinggap disini, di negara ketiga ini.

Tentu saja ini semua tidak akan terjadi tanpa kerjasama, baik secara langsung ataupun tidak. Analogi nya, SID meletupkan api, para pemberontak menyalakan obor dan berlarian membawa bara dari Sabang sampai Merauke, sampai ke negara seberang dan tersiar hingga pelosok dunia.

Karena itu, rasa terima kasih terdalam kami untuk kesetiaan tiada henti para loyalis SID (Outsiders/LadyRose). Kami sangat percaya, kalian adalah api-api kecil yang suatu saat akan membakar kemunduran di negeri ini. Dan selama kalian ada, api ini tidak akan pernah padam.

Juga rasa terima kasih yang tulus kami untuk para simpatisan, oposan dan (sedikit) media/jurnalis yang bisa mengapresiasi, membaca dan membahasakan SID dengan adil.

Semua ini tidak akan terjadi tanpa eksistensi cinta, rasa benci dan rindu kalian.

Kami berharap pengakuan besar ini bisa memberi sinar di wajah muram Indonesia dan memotivasi para anak bangsa untuk bangkit, merobohkan semua tembok penjara dan menjadi legenda di wilayah kerja nya masing-masing.

Kemenangan ini adalah hasil kerja keras kita semua, anak-anak muda Indonesia, yang tanpa pernah lelah meneriakkan rasa cinta dan cita-cita nya untuk perubahan yang lebih baik di negeri ini.

Cheers!
Jrx 

sumber : http://supermanisdead.net/nl.php?id=178

3 Rebels, Million Outsiders

Demi menghormati tuan rumah, saya memesan bir ketika waitress Twice Bar, Kuta, bertanya minuman apa yang saya mau. Pemilik bar ini adalah I Gede Ari Astina, frontman dan tukang gebuk drum Superman is Dead (SID) yang lebih akrab dengan panggilan Jerinx. Memisahkan SID dengan bir, ibarat memisahkan hujan dan mendung, sesuatu yang sangat jarang terjadi.

Setidaknya begitulah stereotipe pada SID: beer, glam, tato, punk. Maka demi menghormati mereka, saya pesan bir, bukan es teh, es jeruk, atau jus sore itu sambil menunggu SID selesai latihan di studio mereka, akhir Januari lalu.

Sekitar 15 menit kemudian, usai latihan, personel SID naik ke lantai dua, tempat di mana saya menunggu bersama Dodix, manajer SID, dan Yenny dari manajemen SID. Seorang perempuan yang mengaku sebagai Lady Rose juga ada di sana. Vokalis sekaligus gitaris SID I Made Putra Budi Sartika (Bobby Kool) serta bassist merangkap vokalis latar I Made Eka Arsana (Eka Rock) datang. Jerinx menyusul kemudian.

Sore itu tak ada pengunjung lain di bar di Poppies II, gang salah satu cikal bakal pariwisata di Kuta, bahkan Bali, sehingga menjadi gemerlap seperti saat ini. Jerinx mengajak kami duduk di pojok bar berdinding motif kotak-kotak hitam putih dan poster-poster vintage itu. Ini bukan pertemuan pertama saya dengan mereka. Tapi ini pertama kalinya saya main dan bertemu mereka di Twice Bar, tempat SID sering berkumpul, latihan atau bikin acara dengan para penggemarnya.

Bukannya memesan bir, Eka dan Bobby malah “cuma” pesan minuman a la anak kos, teh dan jeruk manis hangat. Mereka tak meminum bir sama sekali di antara obrolan kami selama hampir tiga jam tersebut, tidak juga bagi Jerinx yang secara fisik terlihat paling rebel dengan tato di seluruh tubuhnya. Sejujurnya, sebelum bertemu, saya sudah berasumsi obrolan itu akan dipenuhi bir atau rokok tanpa henti. Ternyata tidak juga. Selama wawancara, Eka, Bobby, maupun Jerinx sama sekali tak minum bir, hal yang sering mereka perlihatkan saat di atas panggung.

SID dikenal sebagai bad boy atau malah rebel. Dengan musik punk, badan penuh tato, serta lirik-lirik lagu penuh kritik sosial, SID mudah diidentikkan sebagai rebel. Paling tidak mantan manajer SID Rudolf Dethu menyebut begitu. Karena citra rebel ini, mereka bisa menjadi salah satu band dengan jumlah penggemar terbesar di Indonesia. “Mungkin anak-anak sekarang menemukan sosok bad boy pada SID setelah era Slank. Makanya SID punya jutaan penggemar sekarang,” kata Dethu.

Besarnya pengaruh SID dibuktikan dengan masuknya mereka dalam Billboard Uncharted di urutan ke-23 hingga Februari lalu. Di situsnya, Billboard menyatakan bahwa Uncharted ini merupakan daftar musisi baru ataupun berkembang yang belum masuk di Billboard Chart, tanpa mempertimbangkan asal negara musisi. Uncharted didasarkan pada penampilan musisi di media online termasuk jejaring sosial, seperti MySpace, Facebook, Twitter, Last.fm, iLike, Wikipedia, dan seterusnya.

Daftar ini memang bukan peringkat mingguan yang biasa mereka keluarkan sebagai paramater musisi, band maupun penyanyi, dengan tingkat penjualan album tertinggi di Amerika Serikat. SID adalah band Indonesia pertama yang masuk peringkat ini. “Kami tidak terlalu kepikiran akan masuk sana. Billboard jauh dari lirik lagu SID. Kalau masuk Grammy sih ingin,” kata Jerinx.

Informasi masuknya SID dalam Billboard Uncharted ini mereka peroleh dua minggu sebelum kami bertemu untuk artikel ini. Pemberitahuan itu dikirim lewat email oleh Evy Nogy, Editor Billboard. “Mungkin mereka melihat aktifnya kami dalam penggunaan Facebook untuk fans group. Kami tidak hanya memberikan informasi tentang band tapi juga ada interaksi dengan penggemar.

Itu mungkin jadi perhatian Billboard pada kami,” kata Eka. “Prinsipnya, mereka melihat intensity, loyality, and activity di Facebook. Banyak band lain yang mungkin punya penggemar lebih banyak tapi kurang aktif dibanding kami. Jadi, peng-hargaan ini bukan hanya dari sisi kuantitas tapi juga kualitas,” tambah Jerinx.

SID memang termasuk band yang aktif di jejaring sosial, termasuk Facebook. Hingga awal Februari lalu, jumlah penggemar Superman is Dead di Facebook mencapai  hampir 1,8 juta orang. Untuk ukuran musisi Indonesia, jumlah ini adalah yang terbesar. Bandingkan misalnya dengan Slank yang punya 833 ribu penggemar, ST 12 dengan 808 ribu penggemar, atau yang paling mendekati adalah Ungu dengan 1,6 juta penggemar.

Namun banyak-nya penggemar juga bisa banyaknya musuh, atau setidaknya “pengawas”. Sebab, 1,8 juta penggemar di Facebook tidaklah berarti semua memang penggemar musik dan lirik band punk kelahiran Kuta ini. “Tidak semua penggemar di Facebook suka SID. Banyak yang ikut di Facebook hanya untuk melihat hal negatif tentang kami,” kata Jerinx.

Perjalanan SID memang tak bisa dilepaskan dari “musuh”, terutama di kalangan musisi punk. Mereka menerbitkan tiga album pertamanya secara indie. Pada tahun 1997, band yang lahir di Kuta ini mengeluarkan album Case 15. Dua tahun kemudian mereka mengeluarkan album sesuai nama band mereka sendiri, Superman is Dead. Album terakhir mereka di jalur indie, Bad, Bad, Bad, terbit pada 2002. Setahun kemudian, mereka dikontrak major label, Sony BMG.

Bersama label ini, hingga saat ini SID telah mengeluarkan empat album, yaitu Kuta Rock City (2003), The Hangover Decade (2005), Black Market Love (2006), dan Angels & the Outsiders (2009). Karena sejarahnya dekat dengan musik indie, maka ketika akhirnya SID dikontrak major label, banyak anak punk nyinyir pada mereka.

Tak hanya nyinyir, sebagian anak punk mewujudkan kebencian tersebut melalui kekerasan pada SID, terutama ketika mereka konser. Di Singaraja, Bali, mereka pernah dilempari batu ketika konser. Di Medan dan Yogyakarta, mereka mengalami kekerasan lebih parah yang bahkan mereka sebut sebagai tindakan barbar. Di Medan, kekerasan terjadi ketika mereka tampil di Universitas Sumatera Utara (USU) pada 7 Oktober 2003, beberapa saat setelah mereka dikontrak Sony BMG.

Sebelum konser dimulai mereka mengaku sudah mendapatkan atmosfer tak enak. Ada selebaran anti SID berisi tulisan “Menjadi Rock Star adalah pilihan. Menjadi Punk Rock Star adalah pengkhianatan.” Aroma kebencian makin terasa ketika SID tampil. Pada lagu kedua, sebagian penonton berpakaian street punk mulai mengeluarkan caci maki ke SID dengan sebutan, “Pengkhianat. Pengkhianat!”
Lalu umpatan itu disertai dengan bentuk kekerasan fisik. Botol air mineral, botol bir, sandal, sepatu, batu, bambu penyangga umbul-umbul, bahkan monitor melayang ke atas panggung.

Bobby dan Eka yang di depan harus menyanyi sambil menghindari semua serangan tersebut. Apalagi saat itu sudah malam sehingga lemparan-lemparan sering tak terlihat. “Mereka yang anti SID ini sebenarnya sedikit dibanding jumlah penonton. Tapi karena aksinya berani dan kasar, maka mereka terlihat menonjol,” kata Rudolf Dethu, manajer SID saat itu.

Masuk lagu keenam, kekerasan itu terus berlanjut. Sampai akhirnya pada lagu keenam, tiga personel SID memutuskan tidak melanjutkan penampilan. Mereka berhenti dan lari ke belakang panggung dengan teriakan dan umpatan yang tidak juga berhenti. Suasana kacau. Bahkan ketika masuk mobil menuju hotel pun mereka masih dikejar-kejar anak-anak street punk tersebut.

Kejadian sama terulang lagi ketika mereka tampil di Yogyakarta, persis sehari setelah tampil di Medan. Mereka dilempari sebagian dari ribuan penonton yang menonton konser SID di Kota Pelajar itu. Saat itu mereka tampil di kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Baru pada lagu kedua, sebagian penonton berpakaian street punk bikin huru-hara. Salah satunya bahkan naik ke panggung setelah pura-pura pingsan dan dibawa ke belakang panggung lalu berlari memukul Bobby, vokalis SID. Bobby balik memukul, begitu pula sebagian panitia dan keamanan konser. “Aku ikut-ikutan menghajarnya. Ha-ha-ha,” kata Dethu. Karena suasana kacau, ketiga personel SID dibawa ke masjid kampus UPN agar terhindar dari kekacauan lebih besar.

Kekerasan di Singaraja, Medan, dan Yogyakarta terjadi akibat tuduhan bahwa SID telah sell out, mengkhianati punk dengan masuk ke major label. “Mereka yang benci SID karena masuk major label itu karena indoktrinasi. Mereka punya fanatisme berlebihan terhadap ideologi tertentu termasuk punk. Mereka sama saja dengan fundamentalis. Mereka berasumsi semua yang masuk major label itu brengsek. Padahal tidak juga. Ketika masuk, kami tawar-menawar dulu dengan label. Tapi mereka [anak punk yang benci SID] tidak tahu proses itu. Mereka pikir kami melacur dengan kirim demo dan semacamnya. Itu tidak benar. Label yang cari kami, bukan sebaliknya,” kata Jerinx.

Bobby menimpali, “Orang kalau sudah terindoktrinasi cenderung pakai kaca mata kuda, melihat kebenaran hanya dari satu sisi.” Mereka menambahkan sekali lagi, street punk pembenci SID ini sebenarnya berjumlah sangat sedikit dibanding anak-anak punk lain, yang meski tidak setuju dengan pilihan SID masuk major label namun tetap menjaga persaudaraan maupun menikmati konser SID.

SID punya alasan tersendiri kenapa mereka akhirnya masuk major label. Pertama, lebih menghasilkan dibanding indie label. “Selama delapan tahun main di indie, kami tidak pernah menikmati hasilnya. Jadi kalau bisa dapat major label yang tidak membatasi kami dalam bermusik pasti bagus,” kata Bobby. Mereka bercerita ketika masih di indie, membeli senar gitar saja susah. Mereka pakai sandal untuk simbal. Pakai pick gitar dengan tutup bungkus sabun colek.

“Biar hemat, kami harus merebus senar gitar yang habis dipakai supaya senarnya bagus kembali,” tambah Eka. Parahnya lagi, sering sekali mereka mendapat jawaban klise dari distro yang menjual kaset mereka. “Masak kalian tidak percaya, sih, sampai menagih terus pada kami,” adalah jawaban generik yang diberikan tiap kali anak-anak SID menanyakan hasil penjualan album. Setelah masuk major label, mereka kini menikmati hasil bermusiknya. Bisa punya studio sendiri. Undangan manggung juga datang dari mana-mana meski bayaran mereka saat ini antara Rp 40-50 juta.

Mereka menepis tuduhan bahwa mereka melacur. Jika sebagian band mengemis pada major label agar dikontrak, maka tidak demikian dengan SID. Menurut Dethu, mereka tidak pernah menawarkan CD demo pada major label tapi justru sebaliknya, mereka dicari melalui perantara teman. “Kami berikan CD ke Pak Yan Djuhana [bos Sony BMG] . Lalu beberapa bulan kemudian dia telepon kami mengajak rekaman. Tentu saja kami senang. Tapi tawaran ini juga jadi perdebatan kami secara internal apakah diterima atau tidak,” kata Dethu. Ketakutan Jerinx, Bobby, Eka, dan Dethu saat itu karena mereka takut dianggap selling out oleh komunitas punk.

Setelah negosiasi cukup alot, SID lalu sepakat menerima tawaran tersebut dengan sejumlah syarat, seperti komposisi dan lirik yang digunakan. Karena terbiasa menggunakan bahasa Inggris, SID meminta agar semua lagu ditulis dalam bahasa Inggris. Sebaliknya, pihak Sony BMG justru minta semua dalam bahasa Indonesia. Komprominya kemudian adalah materi lagu terdiri dari 70 persen bahasa Inggris, 30 persen bahasa Indonesia. Jadi, dari 14 lagu pada album pertama, empat di antaranya berbahasa Indonesia, 10 menggunakan bahasa Inggris. “Itu bentuk kompromi kami dengan major label. Kami justru belajar membuat lirik bahasa Indonesia setelah kontrak dengan major label. Kalau ada  keterlibatan lain Sony BMG dalam pemilihan lagu, lebih pada urutan lagu dalam album. Bagi kami, tidak masalah urutannya. Toh semuanya lagu kami sendiri,” kata Jerinx.

Di bawah salah satu label terbesar di Indonesia, distribusi album pertama SID bersama Sony BMG langsung naik ratusan kali lipat. Kalau zaman indie mereka paling banyak bisa jual 400 keping kaset atau maksimal 1.000 keping, sekarang mereka bisa distribusi album hingga 400.000 copy. Ini alasan kedua kenapa SID mau rekaman di bawah major label. “Buat apa bikin musik bagus kalau tidak didengar orang lain? Seidealis apa pun musisinya, pasti dia ingin didengar,” ujar Jerinx.

http://www.rollingstone.co.id/read/2011/02/25/1155/9/2/3-Rebels-Million-Outsiders

TUGAS TIK INSERT FOTO DARI PICASA

 LANGKAH-LANGKAH INSERT FOTO DARI PICASA :

  1. Tampilkan halaman web Google pada browser dengan cara mengetik alamat URLnya (www.google.com).
  2. Klik link teks selengkapnya. Pada menu yang muncul, klik foto. Website Picasa akan ditampilkan.
  3. Login dahulu. Halaman Picasa yang menampilkan akun serta daftar album foto yang pernah di upload akan di tampilkan.
  4. Untuk membuat album foto baru, Klik tombol Unggah (Upload). Halaman untuk membuat album baru dan menupload foto akan ditampilkan.
  5. Klik link teks buat album baru. Halaman untuk mengisi data-data album baru akan ditampilkan.
  6. Isi data-data album yang ingin dibuat, judul, tanggal, dan uraian.
  7. Klik tombol lanjutkan. Halaman yang memintamu untuk mengintall Kendali Upload Foto dari Google akan di tampilkan. Kamu tidak perlu menginstall komponen Kendali Upload tersebut.
  8. Gerakkan scroolbar kebagian bawah halaman, lalu klik teks Pengunggah Dasar. Halam untuk mengpload foto akan ditampilkan.
  9. Klik tombol browse. Kotak dialog untuk memilih file foto akan ditampilkan. Pilih file foto yang akan diupload.
  10. Lakukan sampai semua foto yang ingin diupload telah dipilih.
  11. Klik tombol mulai upload. Tunggu sampai halaman yang menyatakan proses upload selesai ditampilkan.
  12. Klik teks tautan dengan album ini. Alamat URL untuk album tersebut akan ditampilkan.
  13. Copy alamat URL yang terdapat dikotak teks Rekatkan taut dalam e-mail atau IM. Buat sebuah e-mail, paste-kan link URL tersebutke e-mail, dan kirimkan ke teman.
  14. Minta teman untuk membuka alamat URL tersebut. Buka juga alamat URL dari Album foto yang dibuat teman

About Superman Is Dead



SID, punk rock pioneers of Bali, were born and bred in Kuta Rock City. The band is three chord attitude-heavy young men, by name : Bobby Kool (lead vocal, guitar, a dog lover and a graphic designer) , Eka Rock (low ridin' family man, beer drinker, laid back bass and backing vocal and a warm smilin' Rock 'N Roll bandman, IT warior) , Jrx (low ridin' beer drinking Rock 'N Roll prince charming, drummer and a hairwax junkie, Bar owner)
The name 'Superman is Dead' started its' evolution from Stone Temple Pilot's "Superman Silvergun". The name moved on to "Superman is Dead" cause they like the idea that there's no such thing as a perfect person out there.
SID actually stumbled together in '95, drawn by their common love of Green Day and NOFX. Their influences soon extended to the punk 'n roll genre a la Supersuckers, Living End and Social Distortion, and here they stay. They say what they wanna say, how they wanna say it. In your face, to say it precisely.
SID public image, self described, is "Punk Rock a Bali" (think raw energy of NOFX vs Social Distortion supersonically fueled with beer-soaked Balinese Rockabilly attitude).
History ? SID produced their first three albums independently (the boys worked years of crappy night jobs), with fabulous, small scale indie labels 1997 "Case 15", 1999 "Superman is Dead", 2002 "Bad Bad Bad"(mini album, 6 tracks).
In March 2003, SID finally signed with Sony-BMG Indonesia after extended negotiations regarding their right to sing the majority of their tracks in English and have full artistic rights over their 'image'!! With that decision they single handedly became the first band from Bali to be invited to sign with a major recording label in Indonesia, the first band in their nation (to my knowledge) to be recording majority of songs in English and the first punk band in Indonesia to get the national exposure and promotion that working with a major label in a third world country provides. And so the history of Indonesian Punk Rock begins!
And as for the question that everyone wants to know, the infamous bomb in Bali happened about 75 M from their home, hangout center, punk rock boutique, bar and rehearsal studio that is also Jrx' house, in the heart of Kuta.
After panel beating back the rolling doors of the studio and shifting a little debris, rehearsals continued as usual. Yeah, they saw a lot, it sucked big time, but its' not gonna stop 'em!
And where are they now? At the end of 2002, one of the more respectable music mags here cited SID as "The Next Big Thing" for 2003. With the release of their fourth album "Kuta Rock City" followed by major air play nationally and in some countries overseas, coupled with the instant popularity of their newest film clip.
SID suddenly find themselves touring continuously throughout Indonesia. Last week they were in four major Indonesian cities, on three islands, in 7 days! Sometimes playing for free at underground scene clubs, sometimes at street skate parties or alternative band festivals, at lots of universities and even occasionally at "classy" venues who would have probably denied them entrance years ago!
Which means more beers for all.
In 2003 SID even got a mention in Time Asia.
They also won a few music awards “MTV Awards for The Best New Artist 2003”, “AMI Awards for The Best New Artist 2003” and nominated again in “AMI Awards 2006 for The Best Rock Album”.
October 2007, they did an amazing Australian tour, 8 cities, 16 gigs, 33 days with their strong D.I.Y work ethic.

June – July 2009, Superman Is Dead held An American Tour, 16 Gigs in 16 cities. 11 gigs of them were the ‘ Vans Warped Tour’ and the last 5 gigs were ‘From Bali With Rock’. They did a very hard work to succeed this excited tour, had crossed the big land from westcoast to eastcoast and got back to westcoast.

SID had share stages with international bands such as International Noise Conspiracy, NOFX, MXPX and Hoobastank.
They remain proud, boys from the streets of Kuta with a love of punk rock, beers and a good time. Ready for whatever comes next, excited about the next gig.

LANGKAH FENOMENAL SID
• August 2002, Openning Act Hoobastank, Hard Rock Hotel, Kuta, Bali
• Superman Is Dead “Hot & Freaky People 2003” MTV Trax Magazine January 2003
• June 2003 Superman Is Dead “MTV Exclusive Artist of the Month”
• Double Platinum Sony Music for Kuta Rock City Album
• 2003, MTV Award “Most Favorite New Artist”
• 2003, AMI Award “The Best New Artist”
• 2004, SCTV Music Awards “The Most Famous Album Nominee, Pop Rock Category” for Kuta Rock City Album
• 2006, AMI Awards “The Best Rock Album Nominee” for Black Market Love Album
• 2006, “Superman Is Dead The Best Local Band” The Beat Awards.
• 20 the best Indonesian Album 2006 for The Black Market Love Album. Rolling Stones Magazine Januari 2007
• April 2007, SID Opening Act for American Punk Rock Band NOFX at Hard Rock CafĂ©, Kuta, Bali.
• Soundrenaline Sound of Change 2007 Jimbaran Bali, “Message of Change” Artist Nominee.
• 17 June 2007, Guest Star Artist “Final Gudang Garam Rock Competition” Jakarta
• October 2007, Superman Is Dead did an amazing Australian tour, 8 cities, 16 gigs, 33 days.
• 150 the Best Indonesian Album for Kuta Rock City Album. Rolling Stones Magazine, Special Collectors’ Edition Desember 2007.
• 50 Hype Things in Indonesian Music Industrial 2008 for Superman Is Dead.
• Trax Music & Attitude Magazine Edition Januari 2008.
• 2008, Openning Act MXPX Jakarta.
• “SID as a New Icons of Bali”. Yak Magazine Maret, April, May 2008.
• June 2009. Superman Is Dead American Tour. Played 11 gigs and cities of 'Vans Warped Tour' , and the last 5 gigs and cities were 'From Bali With Rock Tour'

VIDEOGRAPHY

2002 “White Town” Album “Bad Bad Bad” Director by Outsider Film
2003 “Kuta Rock City” Album ”Kuta Rock City” Director by Rizal Mantovani
2003 “Punk Hari Ini” Album “Kuta Rock City” Director by Ridwan
2004 “Muka Tebal” Album ”The Hangover Decade” Director by Outsider Film
2004 “Rock ‘N Roll Band” Album “The Hangover Decade” Director by Outsider Film
2004 “Disposable Lies” Album “The Hangover Decade” Director by Umum Production
2006 “Bukan Pahlawan” Album “Black Market Love ”Director by Eric Est Movie
2006 “Black Market Love” Album “Black Market Love” Director by Bob Calabrito
2007 “Menginjak Neraka” Album “Black Market Love” Director by Eric Est. Movie
2007 “Lady Rose” Album “Black Market Love ”Director by Eric Est. Movie
2007 “Goodbye Whiskey” Album “Black Market Love” Director by Outsider Film
2008, Superman Is Dead Rock-A-Bali Australian Tour 2007, Produksi outSIDer Inc, Format DVD, For Promotional Stuff Not for Sale
2009, " Kuat Kita Bersinar " Album " Angels and The Outsiders" Director by Patrick Effendy
2009, " Jika Kami Bersama- Featuring Shaggy Dog " Album " Angels and The Outsiders" Director by Patrick Effendy
2009," Saint Of My Life" Album " Angels and The Outsiders" ,A footage music video from SID American Tour 2009

from : http://www.supermanisdead.net/biography.php

LOWRIDERS BIKE

Banyak orang pada saat melihat lowrider tetapi tidak mengerti asal-muasal, arti dan nilai yg terdapat didalamnya. banyak yang mengadopsi intervensi dari Chicano yang mengakui berasal dari miliknya. Pada awal-awal muncul sebuah mobil, kebanyakan imigrant Chicanos dimana sangat miskin dan banyak yg bercocok tanam tidak memiliki banyak uang untuk membeli sebuah kendaraan. Beriring dengan waktu, orang amerika kulit putih selalu membutuhkan kendaraan dengan model yg terbaru, katanya kendaraan dalam 2-3 tahun sudah tidak bagus lagi. Berdasarkan statement tsb mereka melakukan trade in dengan kendaraan baru. Teori memiliki kendaraan yang baru, lebih mengkilap dan besar membuat musnahnya urutan sejarah dari sebuah kendaraan disana. Dikarenakan dala Society mereka, semua barang haruslah disposable, replacable dan dengan expiration date. Sehingga muncul lah lowrider itu sendiri. Ada sebuah statement orang mexicans dan chicano banggakan :
"The only thing important today in the majority of races living in the United States is “Me” agenda. Selfish pursuits of pipe dreams ending in lonely abandoned old age misery that grasps out of the darkness trying to steal companionship from those who chose a different path. No family, no friends only your material possessions to keep you company in cold silence"

Dengan banyaknya trend menjual kendaraan yang sudah expired, sampai lah kendaraan tsb di tangan orang2 hispanic. Tak bisa dibayangkan orang2 hispanic tsb biasa melakukan convoy dengan jumlah banyak. Biasanya membawa banyak keluarga untuk didalam satu kendaraan sehingga kendaraan menjadi sangat rendah (low) terhadap jalan. (oooh.. ini loh kenapa namanya lowrider). Lama kelamaan orang2 chicano ini mengalami peningkatan financial maka kendaraan mereka di modifikasi secara classy restored (as before) dengan ditambah chrome, cat yg kental dan tentu saja karena mereka senang mengendarai secara lambat, slow and enjoy riding.. maka mereka mempertahankan konsep low profile dengan lowrider tsb.

yang menjadi inti dari munculnya movements ini adalah, sebuah kebanggaan yang didapat dari mempertahankan culture dan silsilah (sejarah) dari sebuah yang namanya kendaraan walaupun di dasari dari tingkat taraf hidup yg kurang. Pada pergerakan ini mempertahankan pola pikir dewasa dimana orang kulit putih amerika selalu terhasut dengan produsen dan selalu menjadi konsumtif kepada barnag2 kapitalis. Tak hayal, kendaraan tua masih beroperasi secara layak sampai saat ini. Thanks to them.

Pergerakan ini diawali pada tahun 1960 an..

lowrider bike, berawal dari model terkenal StingRay, yang pertama kali memperkenalkan basis dari lowrider bicycle yg menggambarkan kebanggan dari seluruh versi sepeda yg ada. Banyak yg menghabiskan ratusan dollar untuk mempercantik sepedanya agar bisa show off. Sehingga anak2 muda di L.A menghentikan aksi kriminalnya dan menyukai modifikasi sepeda daripada handal menggunakan senjata lebih baik handal dalam obeng (screwdrivers) dan ini merupakan sikap yang positif.



SUPERMAN IS DEAD a.k.a SID

Berawal pada tahun 1995. Ketika personel sebuah band heavy metal Thunder bernama Ari Astina a.k.a Jerinx merasa bosan dan ingin mencari sebuah inspirasi baru. Kemudian kebetulan drummer band new wave punk Diamond Clash Budi Sartika a.k.a Bobby Bekool juga sedang ingin berganti profesi tuk menjadi seorang gitaris dan vokalis. Secara kebetulan kedua pemuda ini bertemu di Kuta dan kemudian mereka pun membentuk sebuah band punk. Pada saat itu posisi bass masih diisi oleh additional bassist bernama Ajuz. Dan lagu-lagunya Green Day pulalah yang menjadi cover song mereka pada waktu pertama-pertama mereka nge-jam. Namun tak lama kemudian, lewat seorang drug dealer. Datanglah seorang bernama Eka Arsana a.k.a Eka Rock, dan dia ini kebetulan sedang dalam pencarian identitas diri,oleh karena itu merasa tertarik dengan visi dari kedua pemuda tersebut. Maka resmilah Eka bergabung dengan Jerinx juga Bobby, dan pada saat itu merekapun mengambil nama Superman's SilverGun sbg nama band punk mereka yang pertama.

Merasa bersalah dan kurang sreg dengan pemilihan nama tersebut, maka mereka pun sepakat menggantinya menjadi Superman Is Dead yang dlm konteks ini memiliki arti bahwa manusia yang sempurna hanyalah ilusi belaka dan imaginasi manusia yang tidak akan pernah ada. Dan lahirlah Superman Is Dead yang kerapkali diakronimkan dengan sebutan SID. Sebuah titik awal dari sebuah kebangkitan..dan tak lama nama SID semakin bergaung di bali, karena padatnya show dan konser yang digelar pada waktu itu, ditambah lagi dengan aktivitas underground di Bali yang boleh dibilang cukup produktif. SID kian menapakkan sayapnya untuk terbang dan menjadi sukses, puncaknya adalah ketika mereka membuka konser Hoobastank di Hard Rock Cafe-Kuta Bali. Nama mereka semakin dikenal publik, apalagi ditambah dengan kehadiran mereka di beberapa even di Jakarta (PUMA). Semakin menambah kepercayaan diri SID untuk berani melakukan gerakan revolusioner, khususnya di blantika musik Indonesia. Akhirnya merekapun melego Sony Music Indonesia...

Perdebatan yang demikian alotnya antara pihak SID dan Sony berlangsung cukup lama. Masing-masing pihak bersikeras mempertahankan posisinya masing-masing. Pada waktu itu terjadi perdebatan seputar bahasa yang akan digunakan dalam lagu-lagu SID. Dalam diskusi tersebut pihak SID menginginkan 90% lagu-lagu mereka akan memakai bahasa Inggris, namun pihak Sony bersikeras agar porsi lagu-lagu SID yang berbahasa Inggris dikurangi. Dan setelah beberapa bulan akhirnya kedua belah pihak menyepakati bahwa porsi lagu SID akan menjadi 70% Inggris dan sisanya Indonesia. Sebuah Gebrakan telah lahir dan muncul

JRX

Bobby

Eka Rock

Superman Is Dead

Superman Is Dead

Superman Is Dead

outSIDer PASURUAN